Kronologi Alam Semesta dari Kacamata Sains

Posted on Updated on

Penemuan radiasi latar belakang kosmik dalam bentuk gelombang mikro (Cosmic Microwave Background atau CMB) merupakan salah satu penemuan terpenting abad ini. Betapa tidak, penemuan ini telah mengubah pandangan modern manusia tentang alam semesta yang dihuninya. Meski fenomena pengembangan alam semesta telah lebih dulu diungkap oleh Edwin Hubble pada tahun 1929, penemuan CMB memperkuat dukungan pada teori Big Bang, suatu teori penciptaan alam semesta melalui ledakan maha dahsyat dari titik berukuran nol dengan kerapatan serta suhu tak berhingga tingginya. Ledakan ini telah menciptakan suatu kesetimbangan termal benda hitam (black body) di masa lampau yang fosilnya ternyata masih dapat teramati  saat ini.

Read the rest of this entry »

Makna dan Sejarah Tahun Baru Imlek

Posted on Updated on

Kata Imlek (阴历 : Im = Bulan, Lek = penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau mandarinya yin li yang berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 penanggalan kalender China yang menggabungkan perhitungan matahari, bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur. (Festival Musim Semi). Read the rest of this entry »

Sejarah Perkembangan Tridharma

Posted on Updated on

Berdasarkan laman http://indonesiaindonesia.com/f/35927-sejarah-tridharma/, berikutlah ringkasan sejarah Tridharma di Indonesia.

Sejarah Tridharma :

1900 -> Berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia dengan tokohnya antara lain Lie Kim Hok, Phoa Keng Hek (presiden pertama) dan Yoe Tjai Siang (redaktur mingguan Konfusianis – Li Po). THHK mengajarkan Bahasa Tionghoa dan Agama Khong Hu Cu sebagai respons atas gencarnya misionaris Kristen. THHK mengkhususkan diri pada aktivitas pendidikan.

1900 -> Berdirinya Perhimpunan Theosofi. Banyak tokoh-tokoh Agama Buddha yang belajar atau mengenal Ajaran Buddha dari Theosofi antara lain M.S. Mangunkawatja, The Boan An, Drs. Khoe Soe Kiam, Ny. Tjoa Hin Hoey, dan lain-lain.

Read the rest of this entry »

Lao Zi

Posted on Updated on

TAI SHANG LAO JUN

1Maha Dewa Tai Shang Lao Jun adalah Dewa Tertinggi dari semua Dewa Dewi yang ada dalam Agama TAO. Hari besarnya adalah tanggal 15 bulan 5 Imlek. Berkali-kali turun ke dunia, menciptakan Tao yang jujur menjadi aliran utama. Mula-mula beliau menjadi BAN KU SE si pembuka dunia, kemudian menjadi HUANG TI raja kesatria, kemudian menjadi LAO ZI ahli filsafat. Thay Siang Lo Kun atau Tai Shang Lao Jun dikenal juga dengan nama Maha Dewa Thay Siang, yang diwujudkan dalam diri Li Er alias Li Dan alias Lao Tse (Lao Zi) atau Lo Kun Ya (Lao Jun Ye), pendiri Taoisme. Read the rest of this entry »

Kong Hu Chu

Posted on Updated on

confuciusSEMBAHYANG DI BUKIT NI
Zaman Chun Chiu, tatkala raja dinasti Ciu, Ling Ong memerintah 20 tahun, tersebutlah di negeri Lo, seorang perwira bertubuh tegap, kuat serta perkasa, bernama Khong Hut alias Siok Liang. Beliau seorang yang sederhana dan jujur. Satya kepada Thian, berbakti kepada leluhur dan tenggang rasa kepada sesamanya. Beliau sudah berputeri 9 orang dan berputera seorang, namun sayang, anak laki-laki yang hanya seorang (diberi nama Bing Phi atau Pik Ni) semenjak kecil telah cacat lumpuh kaki, sehingga dipandang tak dapat melanjutkan kurun keluarganya. Hal ini mendukakan hati beliau yang tak ingin melihat patah penghormatan kepada leluhur.

Merasakan suasana prihatin itu, istri beliau, Ibu Gan Tin Cai, sering mengikuti suaminya naik ke bukit Ni, melakukan puja dan doa kehadirat Thian agar dikaruniai seorang putera suci dan mulia untuk melanjutkan kurun keluarga.

Read the rest of this entry »

Buddha

Posted on Updated on

Buddha4KELAHIRAN BODHISATTA

Ratu Mahamaya, ratu utama dari Raja Suddhodana – raja dari kerajaan suku Sakya, yang sedang mengandung dengan usia kehamilannya sudah mencapai sepuluh bulan, melakukan perjalanan dari Kapilavatthu (Sanskerta: Kapilavastu) menuju Devadaha, kota tempat tinggal ayahnya, Raja Anjana – raja dari kerajaan suku Koliya, untuk melakukan persalinan di sana.

Saat itu, hari bulan purnama, di bulan Vesakha (baca: Wesakha)[1], tahun 563 Sebelum Era Umum (secara tradisional tahun 623 S.E.U) atau tahun 80 Sebelum Era Buddhis (S.E.B).

Dalam perjalanan tersebut, Ratu Mahamaya yang juga dikenal dengan nama Mayadevi, bersama rombongan kerajaan melewati Taman Limbini, sebuah hutan pohon sala (Latin: Shorea robusta) – tempat wisata yang terletak di antara Kapilavatthu dan Devadaha, di India Utara (sekarang Nepal Selatan). Saat itu semua pohon sala di hutan tersebut sedang berbunga dari bawah pohon hingga pucuknya. Melihat keindahan taman tersebut Ratu Mahamaya memutuskan untuk beristirahat dan berjalan-jalan di dalamnya.

Ketika Sang Ratu berjalan-jalan melihat Taman Lumbini, ia menghampiri sebatang dahan pohon sala yang merunduk dengan bunga yang sedang merekah. Pada saat berdiri dan memegang dahan pohon sala ia merasakan tanda-tanda kelahiran dan para pelayannya segera membentuk lingkaran dan menutupi area tersebut dengan tirai. Demikianlah, dengan posisi berdiri dan berpegangan pada dahan pohon sala tersebut Ratu Mahamaya melahirkan seorang pangeran, Sang Bodhisatta (Calon Buddha).

Pada hari yang sama, lahir pula: Putri Yasodhara yang kelak menjadi isteri Sang Pangeran, Pangeran Ananda yang kelak menjadi pembantu tetap Sang Buddha, Channa (Sanskerta: Chandaka) yang kelak menjadi kusir Sang Pangeran, Kanthaka yang kelak menjadi kuda Sang Pangeran, Menteri Kaludayi yang kelak mengundang Sang Buddha untuk berkunjung kembali ke Kapilavatthu, Pohon Pippala atau disebut Pohon Bodhi (Latin: Ficus Religiosa), dan munculnya empat jambangan harta (Pali: Nidhikumbhi).

Setelah melahirkan, Ratu Mahamaya dengan membawa Sang Pangeran kembali ke Kota Kapilavatthu diiringi oleh para penduduk dari kedua kota, Kapilavatthu dan Devadaha.

Read the rest of this entry »

Quote

Quote Posted on Updated on

“At the center of your being you have the answer; you know who you are and you know what you want.” – Lao Tzu